Sabtu, 26 Juni 2010
Bunga Nan Indah Itu Sumber Rejeki Warga Parompong
Bandung sudah lama dikenal sebagai Kota "Kembang'' (bunga-red). Julukan itu tentu tidak berlebihan, karena kota itu penuh dengan bunga-bunga nan indah memesona.
Tetapi, tahukah anda tentang dari mana datangnya tanaman yang membuat Bandung bisa memperoleh gelar sebagai Kota Kembang itu?
Ibukota Provinsi Jawa Barat (Jabar) itu sudah sejak lama populer sebagai Kota Kembang dan tentu tidak berlebihan pula kalau Bandung disebut sebagai kota yang paling romantis di seantero nusantara. Bagaimana tidak, saat akhir pekan tiba, puluhan penjual bunga potong yang kebanyakan mahasiswi berparas cantik dan manis sibuk menawarkan bunga-bunga mawar atau bunga rangkaian kepada para pejalan kaki di jalan-jalan protokol di kota ini.
Kawasan seputar Jalan Dago misalnya, kehadiran para gadis cantik yang menawarkan bunga yang indah itu dengan mudah ditemukan. Biasanya bunga potong dijual sebagai salah satu cara menggalang dana untuk acara-acara di kampus yang mulai trend sejak 1997 hingga sekarang.
Tapi dari manakah gerangan bunga-bunga itu diperoleh. Bunga mawar potong, yang dijual satuan atau dirangkai dengan krisan, herbas dan sedap malam atau pun bungan jenis lainnya itu, ternyata asalnya dari kawasan kebun bunga di Kecamatan Parompong, Kabupaten Bandung.
Menurut keterangan Ida Hidayat, seorang ketua Kelompok Tani Giri Mekar di Lembang, ang ditemui Pembaruan, baru-baru ini, dalam sepekan setidaknya 10.000 bunga potong dihasilkan dari kecamatan Parongpong. Bunga Potong tersebut menurutnya dijual ke Bandung dan Jakarta serta untuk keperluan dekorasi panggung atau pesta-pesta pernikahan.
80 Persen
Di Kecamatan Parongpong terdapat tiga desa, yaitu Cihideung, Mekarwangi dan Cisusung dimana sekitar 80 persen penduduknya bergerak di sektor bunga potong dan produksi bunga polybag. Artinya, bunga telah menjadi sumber mata pencaharian pokok warga Kecamatan Parompong tersebut.
Satu ikat bunga berisi sepuluh tangkai bunga biasanya oleh petani dijual dengan harga Rp.4000-Rp.5000.Euis (35) salah seorang petani bunga di Cihideung mengaku cukup puas dengan usaha penjualan bunga potong dan tanaman hias dalam kemasan polybag yang digelarnya di pekarangan rumah.
"Saya dan suami berjualan bunga sejak 10 tahun lalu, hasilnya lumayan meski tidak bisa diprediksi karena menjual bunga tidak seperti menjual makanan, yang datang kemari tidak tentu,'' katanya.
Selama 10 tahun berbisnis di bidang bunga dan tanaman hias, ia mengaku sudah banyak pembeli yang datang kepadanya dari luar kota bahkan luar propinsi.
Pelanggan utamanya kebanyakan mengambil bunga polibag. Mereka datang dari Semarang Jawa Tengah. "Dua minggu sekali mereka kemari mengabil berbagai macam bunga. Sekali angkut bisa sampai ratusan pot,'' ujarnya senang seraya menuturkanb, selain dari Semarang, pembelinya juga datang dari Jakarta, Cirebon dan Bekasi.
Disebutkan, saat ini yang paling laku adalah bunga teratai biasanya dijual Rp.5000 per wadah. Euis mengaku mendapatkan bibit bunga dari Lembang, Bogor dan Cipanas Menanam bunga itu tidak gampang, tapi lumayan sehari bisa laku 20-30 pot dan jika ditanam dari kecil, dalam jangka waktu tiga bulan saja sudah bisa dipanen.
Mengenai hama tanaman, Euis mengaku tanamannya tidak banyak mengalami gangguan. "Paling juga ulat, yah kalau itu kan obatnya sudah ada,'' ujarnya.
Selain menjual teratai ia juga menjual tanaman tanaman dalam polybag, seperti tanaman pitunia, Bhentinum, dan Osaka dengan harga jual bervariasi dari Rp 15.000 sampai Rp 50.000, tergantung ukurannya. Ida mengungkapkan, satu hal yang masih mengganjal para petani bunga adalah sulitnya mendapatkan kredit dari Bank untuk membeli tanah.
"Nasib kami ini sangat terancam, kebanyakan petani menengah ke bawah seperti kami tidak bisa membeli tanah sendiri dan butuh kredit dari Bank untuk membeli tanah, selama ini kami menggunakan lahan yang disewa,'' katanya.
Ida mengungkapkan, untuk kelompok tani yang beranggotakan 29 orang, 25 orang diantaranya belum memiliki lahan sendiri. "Kami hitung-hitung, kami butuh dana segar Rp.700 juta. Kalau bank mau mengucurkan dananya, kami yakin bisa mengembalikan modal karena prospek bunga ini bagus sekali,'' katanya.
Sukses
Namun, kisah sukses tentu bergema juga di Kecamatan Parongpong. Tidak ada yang menyangka, seorang anak yang tak lulus SD, namun senang berkebun dan menanam tanaman hias, kini bisa menjadi jutawan karena dipercaya mengerjakan proyek pembuatan taman untuk borongan properti maupun untuk rumah pribadi dengan total nilai proyek hingga ratusan juta rupiah.
Wawan Koswara (32) yang memiliki tubuh relatif mungil ini bisa dikatakan sebagai potret petani bunga asal Perkmpungan Bunga di Cihideung, Lembang yang terbilang berhasil membawa kesejahteraan bagi keluarga, murni dari menanam tanaman hias. "Saya sudah belasan tahun berjualan bunga dan tanaman hias, awalnya hanya sedikit namun lama-lama bisa bertambah banyak,'' katanya.
Bermacam-macam tanaman hias dijualnya dari mulai yang berukuran kecil dan murah hingga yang besar dan mahal. Yang paling mahal adalah tanaman jenis Palem Sadeng yang biasa menghiasi rumah bergaya tropis atau mediterania. Ia mengaku, satu batang Sadeng bisa dijual Rp.500.000-2 juta dan di kebunnya terdapat banyak Pelem Sadeng kalau kebunnya dilelang, nilainya bisa sekitar Rp.400 jutaan.
Sejak 15 Tahun
Bibit Palm Sadeng didapatkannya dari penjual bibit di Subang , Jabar. Wawan mengungkapkan saat mengawali bisnis tanaman hias sekitar 15 tahun yang lalu, ia hanya memiliki modal Rp1 juta.''Dulu saya hanya menjual bunga atau ikut memborong taman milik rumah gedongan, dari situ saya bisa menjual bunga sekaligus belajar mendasain taman,'' katanya.
Belasan tahun berlalu, kini dia tengah menangani proyek pembuatan taman untuk rumah pribadi milik seorang pengusaha dan importir mobil di Cilacap dengan total nilai proyek Rp.650 juta. Itu belum termasuk proyek membuat taman untuk properti dan proyeknya bisa di mana saja, tidak hanya di kota Bandung.
Parongpong sebagai sebuah wilayah kecamatan terletak di ketinggian di Kabupaten Bandung, warganya berperan besar dalam menambah indah dan romantis Kota Bandung. Kalau saja semua warga Kota Bandung itu mempunyai hobi yang sama dengan warga Parompong, pastilah julukan "Kota Kembang'' bisa terus dipertahankan sehingga semua ingin datang ke kota ini hanya untuk menikmati romantisme bersama moyang Priangan nan cantik. Semoga.
PEMBARUAN/RIESKA WULANDARI
Sumber :
http://www.suarapembaruan.com/News/2004/04/08/Nusantar/nus04.htm
Sumber Gambar:
http://bandung.detik.com/images/content/2008/12/16/501/bunga6.jpg
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar