Jumat, 25 Juni 2010
Manisnya Wajit Cililin Tak Lekang oleh Waktu
WAJIT cililin sudah tidak asing lagi bagi orang Bandung dan sekitarnya. Penganan khas Cililin ini sudah identik dengan oleh-oleh dari Bandung yang selalu dicari, baik oleh penduduk setempat maupun wisatawan.
Wajit terbuat dari bahan dasar gula, beras ketan, dan kelapa yang kemudian dibungkus daun jagung. Nama "cililin" digunakan untuk penganan berwarna cokelat dan legit ini, sesuai dengan tempatnya dibuat, yaitu daerah Cililin.
Cililin adalah daerah di Kec. Camatan, sebelah selatan Kab. Bandung Barat. Daerah ini sudah cukup lama dikenal sebagai sentra perajin wajit. Dalam perkembangannya, perajin wajit menyebar hingga ke wilayah sekitarnya seperti Cihampelas.
Secara langsung wajit cililin telah menjadi peluang usaha bagi sejumlah masyarakat di daerah Cililin dan sekitarnya. Hingga saat ini, lebih dari 30 warga membuka home idustry wajit cililin.
Belum ada referensi yang mencatat sejak kapan wajit mulai diproduksi dan dijadikan ladang usaha bagi warga Cililin. Namun diperkirakan pembuatan wajit mulai tumbuh menjamur sejak tahun 1970. Awalnya, wajit cililin hanya makanan pelengkap yang dibuat penduduk ketika menyelenggarakan hajatan atau menyambut hari-hari besar.
Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai mengembangkan pembuatan wajit menjadi ladang usaha mereka. Saat melintas di kawasan Cihempelas, yaitu di Jalan Raya Sasak Bubur, banyak toko kecil yang menjajakan wajit. Apalagi begitu memasuki Jalan Raya Cililin, kita tidak akan kesulitan untuk mencari makanan yang cocok dijadikan teman minum teh ini.
Wajit cililin tidak hanya didapat di daerah sentra perajin. Seiring dengan berkembangnnya usaha ini, wajit cililin pun dapat ditemui di pasar modern seperti mal dan swalayan. Selain itu, sejumlah pedagang menjajakannya secara door to door. Biasanya pedagang keliling menjajakan wajit ke perumahan-perumahan yang ada di Kota Bandung, Kab. Bandung Barat, dan Kota Cimahi.
Hanya dengan uang Rp 15.000, kita sudah mendapatkan 1 kg wajit untuk dibawa pulang. Makanan tradisional ini sangat cocok menjadi oleh-oleh.
Para perajin mendapat pasokan bahan baku gula aren, kelapa, beras ketan, hingga daun jagung dari bandar di daerah Rancapanggung, Gununghalu, bahkan dari Jawa Tengah.
Walaupun zaman sudah modern, namun perajin tetap membuat wajit dengan cara tradisional. Mereka pun tidak menggunakan bahan pengawet.
Proses pembuatan wajit diawali dengan mengaduk bahan-bahan dasar dalam kuali besar. Kemudian adonan dimasak dalam tungku. Proses memasak ini memakan waktu cukup lama, karena adonan harus sampai mengental sehingga mudah dibentuk. Adonan yang sudah matang selanjutnya dikemas menggunakan daun jagung. Porses pengeringan masih dilakukan secara tradisional, yaitu dijemur di bawah terik matahari.
Proses pembuatan yang masih tradisional membuat wajit banyak dicari. Bukan sekadar menikmati legitnya penganan ini, tapi juga menikmati sensasi kembali ke masa lampau.
Sebagai makanan tradisional, wajit banyak mewarnai acara-acara tradisional, terutama di Kab. Bandung Barat dan Kota Cimahi. Di pameran-pameran UKM, selalu ada wajit di stan penganan tradisional.
Walaupun banyak makanan modern yang muncul dan membanjiri pasar, wajit cililin tak kalah pamor. Makanan tradisional ini selalu dicari sepanjang zaman. (deni kusmawan/"GM")**
Sumber :
http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20091019134329&idkolom=tatarbandung
19 Oktober 2009
Sumber Gambar:
http://wajitsegerrasacililin.blogspot.com/2009/06/wajit-seger-rasa-cililin.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Saya Mohamad Hanid dari Malaysia. Saya bercadang untuk berniaga wajid cililin ke Malaysia. Siapa yang patut saya hubungi di Bandung atau Cililin.
BalasHapusEmail saya mo_has2000@yahoo.com atau koshiro2000@gmail.com
baguss https://fresid.blogspot.com/
BalasHapus