Jumat, 25 Juni 2010

Gempa Patahan Lembang Diduga Pernah Mencapai Tujuh Skala Richter

Fakta-fakta baru seputar aktivitas patahan Lembang, Jawa Barat, mulai bermunculan. Tim riset dari Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia mendapatkan bukti patahan aktif itu diperkirakan pernah mengguncang cekungan Bandung dengan kekuatan 7 skala richter.



Peneliti dari pusat penelitian geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan, patahan Lembang sepanjang 20-25 kilometer kemungkinan pernah bergerak bersamaan. Selip vertikalnya di dalam tanah patahan ada yang ditemukan sepanjang 70-80 sentimeter. "Kalau (patahan) bergerak bersamaan bisa mendekati gempa 7 skala richter," katanya di sela seminar mitigasi bencana di UPI Bandung, Selasa (11/5).

Patahan Lembang membujur dari kaki Gunung Manglayang hingga Padalarang. Bentuknya yang seperti tebing itu bisa dilihat dari kawasan Lembang. Memasuki tahun kedua ini, tim LIPI masih meneliti riwayat gempa akibat pergerakan patahan Lembang dan interval perulangannya. Caranya dengan menganalisis lapisan tanah.

Menurut Eko, tim menggali banyak lubang di patahan sekitar Cihideung, Lembang, Jawa Barat. Sejauh ini dari lubang kedalaman 4 meter, gempa dari patahan Lembang diketahui terjadi berulang dalam kurun 400, 500, dan 700 tahun. Kejadian itu sudah 4 kali terjadi sebelum masa sekarang. "Aktivitas (gempa) terakhir itu 500 tahun lalu," ujarnya.

Dari hasil itu, Eko yakin patahan Lembang masih aktif. Karena itu, tim masih perlu mendapatkan tambahan data lagi dari lubang dengan kedalaman 30 meter. Lubang riset pun akan diperbanyak karena diduga, patahan Lembang juga bergerak terpotong-potong atau dalam segmen tertentu.

Temuan menarik lainnya, patahan itu juga memicu aktivitas perut Gunung Tangkuban Parahu. Selama ini, asumsinya terbalik. "Selama ini ternyata titik-titik pusat gempa di dekat patahan Lembang itu plotnya di sekitar Gunung Tangkuban Parahu," katanya. Fakta itu dikuatkan oleh riset tim geodesi Institut Teknologi Bandung yang dipimpin Sri Widiantoro.

Patahan Lembang, kata Eko, bergerak karena dorongan lempeng Indo Australia dari selatan dan tertahan lempeng Eurasia dari utara seperti halnya di Sumatera. Karena tak kuat menahan desakan, patahan itu akan melenting dan menimbulkan gempa.

Anggota tim riset dari teknik geodesi Institut Teknologi Bandung Irwan Meilano mengatakan, pergerakan sesar Lembang sepanjang 2-3 milimeter per tahun. Sangat kecil dan lambat, kata dia, dibanding pergerakan sesar di Sumatera dan Sulawesi yang bisa mencapai 3 sentimeter per tahun. "Kemungkinan gempa besar itu kecil terjadi dan potensi gempa lebih rendah dibanding Sumatra," katanya.

Namun begitu, Irwan dan Eko sama-sama khawatir karena jenis lapisan tanah di cekungan Bandung mirip di Yogyakarta. Akibatnya, dampak kerusakan setelah gempa dengan skala 6-7 bisa seburuk di Yogyakarta. "Implikasinya di daerah kota (Bandung) bisa jadi banyak merusak. Itu juga yang sedang kami teliti," katanya.

Efek gempa patahan Lembang, ujar Irwan, berpotensi menggoyang hingga radius 10 kilometer dari sumber gempa. Namun karena penelitian belum sempurna dan rinci, tim ITB belum berani membahas serius potensi gempa patahan Lembang dengan pemerintah daerah. "Masalahnya kita belum tahu detil struktur tanahnya," ujarnya.

ANWAR SISWADI
Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/05/11/brk,20100511-247110,id.html
11 Mei 2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar